Bengkulu – Kisah banjir yang dialami beberapa titik lokasi wilayah di Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu, ternyata sudah terjadi dari dulu.
Kisah banjir ini, sempat diungkapkan oleh Prof Dr Sukri Hamzah dalam tulisannya pada tahun 2019, dimana kala itu Bengkulu kembali mengalami banjir.
“Banjir besar Bengkulu Jumat 26 April 2019 yang ketiga. Yang pertama tahun 1978, saat itu jalan di Desa Kancing amblas, dan kemudian jalan dipindahkan ke jalan sekarang. Bekas amblasnya jalan masih ada,” tulisnya.
Banjir itu pula menjadi awal mula Jalan di Desa Taba Terunjam dinaikkan, sehingga dulu rumah warga yang rata dengan jalan berubah menjadi di bawah Jalan setelah jalan ditinggikan sejajar dengan jembatan.
“Ketinggian air pada waktu itu sejajar dengan jalan jembatan. Saat itu, desa Talang Empat pun terendam. Menelan korban jiwa satu orang di Desa Nakau,” lanjutnya.
Kemudian, kata beliau, untuk ke Kota Bengkulu saat itu hanya bisa dilakukan melalui Jalan Danau Dendam.
“Banjir ini tak banyak diketahui oleh generasi muda saat ini. Banjir kedua tahun 1989,” tambahnya lagi.
Desa Rawa Makmur saat itu terendam lebih parah dari saat ini. Ketinggian air hampir sejajar dengan jembatan Kampung Kelawi sekarang (sekitar 2 meter, red).
Untuk ke perumahan Rektor Unib saat itu, harus menggunakan perahu karet. Pada saat banjir itu Sungai di Desa Tabah Mutung berpindah posisinya ke sungai seperti sekarang.
Bahkan, saat itu sempat ada kejadian sebuah rumah di Desa Tanjung Agung, berpindah ke tengah jalan.
“Namun, banjir yang terjadi tidak seperti sekarang, yang merata hampir ke seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu,” tukasnya.
“Sebuah renungan untuk kita semua, kiranya tak cukup hanya sekedar menanggulangi akibat bencana bencana banjir, tetapi aspek “pencegahan” harus pula mendapat perhatian yang serius,” tambahnya lagi.
Pembukaan lahan hutan mungkin menjadi salah satu faktor penyebabnya. Mari kita selamatkan hutan kita, agar kita tidak menuai bencana esok hari. (Red)
Artikel ini pernah ditayangkan di Bengkulutoday.