Satujuang– Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, mendanai kegiatannya melalui jaringan yang kompleks.
Dilansir dari BBC, meskipun menghadapi sanksi internasional dan tidak memiliki akses ke sistem perbankan global, Hamas tetap mampu mendanai operasinya.
Kelompok ini, yang terbentuk pada tahun 1987, beroperasi secara politik dan militer. Sayap militer, yang dikenal sebagai Brigade Izz al-ddin al-Qassam.
Terlibat dalam serangan terhadap Israel, termasuk serangan pada 7 Oktober yang lalu.
Namun, Hamas bukan hanya organisasi militer, melainkan juga pemerintah yang mengelola Jalur Gaza dengan populasi lebih dari 2,3 juta orang.
Sebagai organisasi politik dan sosial, Hamas mengumpulkan pajak, menerima bantuan internasional dari berbagai pemerintah dan lembaga amal.
Selain itu juga memiliki portofolio investasi internasional yang seringkali menggunakan aset kripto untuk menghindari sanksi.
Qatar
Qatar memainkan peran penting dalam mendukung Hamas, memberikan dukungan politik dan bantuan kemanusiaan.
Qatar juga menjadi basis negosiasi utama antara Hamas dan Israel. Negara ini telah mengirim miliaran dolar bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza.
Dengan klaim bahwa dana tersebut ditujukan untuk rakyat, bukan untuk Hamas.
Iran
Iran memimpin Poros Perlawanan, memberikan dukungan keuangan kepada Hamas sebagai bagian dari aliansi anti-Israel dan anti-Amerika.
Meskipun jumlah pasti pendanaan dari Iran tidak jelas, perkiraan menunjukkan bahwa Hamas menerima dukungan finansial yang signifikan.
Hamas juga mengumpulkan pajak di Gaza, termasuk dari barang-barang impor dan kegiatan komersial lainnya.
Meskipun tingkat pengangguran mencapai 45%, Hamas tetap memberlakukan pajak yang tinggi.
Hamas juga memiliki jaringan investasi internasional dengan aset sekitar $500 juta, menurut Departemen Perbendaharaan AS.
Departemen tersebut percaya bahwa kepemimpinan Hamas mengontrol portofolio investasi ini.
Selain itu, Hamas mengandalkan donasi dari simpatisan, seringkali melalui cara zakat, untuk mendanai kegiatannya.
Donasi ini, yang terkadang diklaim untuk tujuan pendidikan, kesehatan, atau kampanye politik, menjadi sumber pendanaan yang signifikan.
Sejak 2019, Hamas juga memanfaatkan aset kripto untuk mengumpulkan dana. Meskipun awalnya menggunakan Bitcoin, mereka kemudian menambahkan Tron sebagai pilihan mata uang digital.
Namun, kemajuan dalam teknologi pelacakan memungkinkan pemerintah, termasuk Israel dan AS, untuk melacak donasi aset kripto kepada Hamas.
Secara keseluruhan, Hamas mendanai kegiatannya melalui kombinasi bantuan internasional, dukungan dari Qatar dan Iran, pajak, portofolio investasi, dan donasi aset kripto.