Satujuang– Gempa Megathrust di selatan Jawa memiliki potensi tsunami ketinggian hingga 18 meter di kawasan pesisir selatan Jawa Tengah (Jateng).
Hal ini diungkapkan dalam gelaran sekolah lapang gempabumi dan tsunami (SLG) di Kabupaten Kebumen pada beberapa hari lalu.
“Kabupaten Kebumen termasuk dalam zona yang berpotensi mengalami gempa dan tsunami di Indonesia karena berada di zona megathrust selatan Jawa,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Megathrust ini memiliki potensi magnitudo maksimum M 8,7 dengan sumber gempa megathrust terletak di zona subduksi.
Karena tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasi di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen.
“Berdasarkan pemodelan penjalaran gelombang tsunami akibat gempa dengan skenario tersebut, diperkirakan tsunami bisa mencapai ketinggian 14-18 meter di Kabupaten Kebumen, dengan waktu tiba di pesisir pantai sekitar 38-46 menit setelah gempa terjadi,” imbuhnya.
Dampak guncangan akibat gempa ini diperkirakan mencapai tingkat VII-VIII MMI, yang berarti guncangan yang kuat hingga sangat kuat dan dapat menyebabkan kerusakan sedang hingga berat.
Oleh karena itu, pihak BMKG terus menggelar SLG sebagai bagian dari upaya literasi kebencanaan masyarakat untuk mewujudkan “zero victim” di wilayah-wilayah yang rawan gempa dan tsunami.
“Kebumen dan daerah di sepanjang selatan Jawa sangat membutuhkan SLG untuk meminimalisir jumlah korban jika terjadi gempa dan tsunami,” ujar Anggota DPR RI Komisi V, Lasmi Indaryani di tempat terpisah.
Sebelumnya, tim ahli, termasuk Dwikorita, dalam sebuah jurnal yang diterbitkan pada Oktober 2022, memprediksi adanya potensi tsunami setinggi 34 meter akibat megathrust ini.
Penelitian ini juga mengungkap bahwa potensi tsunami besar di selatan Jawa terkait dengan tingkat kegempaan yang tinggi.
Yaitu di dalam dan sekitar Jawa Barat dan Sumatra akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dan subduksi di bawah lempeng Sunda.
Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa ketinggian tsunami rata-rata di sepanjang pantai Sumatera dan Jawa adalah 11,8 meter dan 10,6 meter, dengan memperhitungkan efek gaya dorong balik.
Penting bagi masyarakat di wilayah yang rawan ini untuk meningkatkan kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan literasi kebencanaan guna mengurangi risiko dan melindungi nyawa serta harta benda.(cnn)