Satujuang- Pada penutupan perdagangan Kamis (18/1), harga timah mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen, mencapai USD 25.357 per ton
Menurut data dari London Metal Exchange (LME), kenaikan ini mencatatkan penguatan harga timah setelah sebelumnya mencapai level terendah satu bulan di USD 24.430 pada 10 Januari 2024.
Faktor yang mempengaruhi kenaikan ini adalah keputusan negara bagian Wa di Myanmar untuk mengizinkan sebagian aktivitas penambangan, setelah sebelumnya memberlakukan larangan pada bulan Agustus 2023.
Meskipun penambangan timah tidak termasuk dalam keputusan pembukaan kembali tersebut, langkah-langkah menuju normalisasi diharapkan dapat mendorong dilanjutkannya penambangan timah setelah perayaan tahun baru Imlek.
Negara Bagian Wa di Myanmar menyumbang sekitar 70 persen dari total produksi timah Myanmar, yang merupakan produsen terbesar ke-3 di dunia dan pemasok utama bagi konsumen utama, Tiongkok.
Selama periode ketika produksi timah di Negara Bagian Wa terhenti, Tiongkok terpaksa mencari pasokan dari sumber alternatif.
Ini mendorong lonjakan impor timah dari Republik Demokratik Kongo sebesar 24 persen pada tiga kuartal pertama tahun lalu, meningkatkan persaingan pembelian di negara-negara lain yang menjadi tolok ukur global.
Pembukaan kembali sebagian aktivitas penambangan di Myanmar diharapkan dapat meredakan tekanan pasokan dan mendukung kenaikan harga timah di pasar global.