Satujuang– Jutaan warga China meninggalkan asuransi kesehatan pemerintah karena rumah sakit kehabisan dana, memaksa pasien membayar lebih.
Dilansir dari VOA, seperti yang diungkapkan oleh Shu Min dari Nanjing, beberapa rumah sakit bahkan merekomendasikan perawatan Alzheimer, yang memiliki klaim lebih tinggi, daripada rehabilitasi yang sebenarnya diperlukan.
Dalam beberapa tahun terakhir, rumah sakit umum juga menaikkan pembayaran bersama dan mengurangi cakupan asuransi, menyebabkan banyak warga yang frustasi.
Meskipun masih memiliki asuransi, Shu Min mengeluhkan perubahan kebijakan yang sering, menciptakan ketidakpastian bagi pasien dan rumah sakit.
Pada tahun 2022, 17,05 juta orang keluar dari program asuransi kesehatan pemerintah, menurut Administrasi Keamanan Layanan Kesehatan Nasional.
Faktor-faktor seperti kenaikan premi, tunjangan yang berkurang, dan kegagalan asuransi mengatasi penyakit utama menjadi alasan utama warga menarik diri.
Di tengah perdebatan di platform media sosial Weibo, biaya asuransi kesehatan yang naik 38 kali lipat dalam 20 tahun, sementara pendapatan pekerja migran hanya naik 24%, menimbulkan ketidakpercayaan terhadap sistem jaminan sosial.
Pandemi COVID-19 juga berdampak, dengan perusahaan yang kesulitan membayar asuransi kesehatan karyawan, memaksa masyarakat lebih memilih menyimpan uang tunai untuk kebutuhan lain.
Profesor Yang Lixiong dari Universitas Renmin China menyoroti beban besar bagi keluarga pedesaan, di mana sulit meningkatkan pendapatan petani sementara premi asuransi kesehatan terus melonjak.