Satujuang- Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan bahwa 60.000 wanita hamil di Jalur Gaza mengalami kekurangan gizi dan dehidrasi akibat perang Israel.
Dilansir dari antara, situasi ini terjadi di tengah kurangnya layanan kesehatan, dengan sekitar 49% populasi Gaza, kebanyakan dalam usia subur, menghadapi kondisi persalinan yang sulit, tidak aman, dan tidak sehat.
Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga mengingatkan tentang kekurangan gizi yang mengancam serius anak-anak, perempuan hamil, dan ibu menyusui di wilayah tersebut.
Penduduk Gaza, terutama di Gaza dan kegubernuran utara, mengalami ambang kelaparan karena pembatasan oleh Israel yang menyebabkan kelangkaan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar.
Krisis kesehatan juga semakin memburuk karena penyebaran epidemi dan lemahnya layanan medis. Kementerian Kesehatan Gaza menyerukan PBB untuk menghentikan serangan dan genosida oleh Israel terhadap perempuan Palestina dan keluarga mereka.
Serta meminta institusi wanita di seluruh dunia untuk membela perempuan Palestina dan mendesak institusi internasional untuk mendukung kebutuhan hidup, kesehatan, psikologis, dan sosial perempuan Palestina, terutama di Jalur Gaza.
Dalam peringatan Hari Perempuan Internasional, kementerian menyampaikan bahwa sejak 7 Oktober 2023, 9.000 perempuan Palestina telah meninggal di Jalur Gaza akibat perang brutal yang dilancarkan oleh militer Israel.
Data Palestina dan PBB menggambarkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan puluhan ribu korban sipil dan kehancuran besar-besaran infrastruktur dan properti.
Hal ini telah mendorong Israel untuk menghadap Mahkamah Internasional pada Januari atas tuduhan genosida.(NT)