Jakarta – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memprediksi harga telur bisa turun dalam dua minggu ke depan.
Hal itu lantaran pemerintah sedang berupaya menambah jumlah indukan ayam agar bisa memproduksi telur lebih banyak.
Dengan begitu, pasokan telur dipasaran bisa tercukupi, dan harga bisa kembali stabil.
“Untuk stabil perlu waktu lagi. Karena indukannya kan cepat sehingga perlu waktu kira-kira, ini sekarang sudah tiga minggu mungkin dua minggu lagi (turun),” ujar Mendag Zulhas saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Kamis (15/6/23).
Adapun harga telur ayam di sejumlah daerah masih terpantau mahal. Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), secara nasional rata-rata harga telur dibanderol Rp.32.600 per kilogram.
Jika dilihat lebih rinci, di Pasar Modern Maluku Utara sampai tembus Rp.52.000 per kilogram, kemudian Gorontalo tembus Rp.42.000 per kilogram.
Penyebab kenaikan harga telur ayam
Menurut Mendag Zulhas kenaikan harga itu dikarenakan banyak induk ayam yang dipotong untuk dijual pada saat Lebaran kemarin.
Sehingga, induk ayam yang semestinya memproduksi telur, jadi terhalang. Inilah yang menyebabkan produksi telur menipis, harga otomatis melonjak.
“Gini, kemarin itu ayam terlalu murah terutama Lebaran itu harganya Rp.33 ribu Rp.34 ribu (per Kg) padahal kalau mau survive itu harganya Rp.37 ribu hingga Rp.38 ribu. Nah kalau telur mau untung itu Rp.28 ribu tapi sekarang dijual Rp.25 ribu,” beber Zulhas.
“Ayam yang induk telur aja dijual agar harganya naik, tapi harga telurnya kurang. Jika begitu, ayam belum saatnya menetes tapi sudah dipecahin, dicutting namanya, dibuang sehingga harga naik,” pungkasnya.(kompas)