Ternyata Ini Alasan Meningkatnya Pertambangan Ilegal Menurut Perhapi

Avatar Of Tim Redaksi
Diduga Ada Campur Tangan Anggota Dewan Pada Tambang Batubara Bermasalah Di Bengkulu Tengah Ternyata Ini Alasan Meningkatnya Pertambangan Ilegal Menurut Perhapi
Aktifitas Pertambangan

Satujuang- Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) menyoroti meningkatnya pertambangan tanpa izin (PETI) atau ilegal, terutama di Bangka Belitung.

Dilansir dari Kumparan, hal itu karena pembukaan peluang bagi perusahaan swasta untuk mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah tersebut.

Ternyata Ini Alasan Meningkatnya Pertambangan Ilegal Menurut Perhapi

Meskipun awalnya PT Timah memonopoli pertambangan timah di Bangka Belitung dan sekitarnya, seiring waktu, memperbolehkan perusahaan swasta untuk beroperasi.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Larang Pejabat Gelar Buka Puasa Bersama

Hal ini memicu maraknya PETI karena perusahaan swasta cenderung mengandalkan informasi tidak resmi dari PT Timah dan memanfaatkan perbedaan harga jual konsentrat timah antara trader swasta dan PT Timah.

Perubahan regulasi kemudian melarang trader swasta untuk mengekspor konsentrat, menyebabkan banyak pertambangan ilegal gulung tikar.

Namun, dengan banyaknya smelter swasta yang berdiri, terjadi kekurangan bahan baku timah, mendorong penambangan ilegal dengan berbagai cara, termasuk kerja sama antara pemilik IUP dan penambang ilegal.

Baca Juga :  Penegakan Perda Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bengkulu, Mungkinkah?

Meskipun kegiatan PETI terlihat jelas, penegakan terhambat dan dianggap stagnan. Ada dugaan permainan backing-an oleh aparat dan pejabat yang membuat upaya penindakan sulit dilakukan.

Maraknya PETI tidak hanya terjadi di Bangka Belitung, tetapi juga berlaku untuk semua komoditas tambang, menunjukkan kesulitan dalam membongkar kasus ini.

Baca Juga :  Bulan Penuh Berkah, KNPI Lebong Bagikan Takjil

Keberhasilan aparat Kejaksaan dalam mengungkap pelanggaran pidana terkait timah menjadi sorotan, menegaskan perlunya pengawasan dan penindakan yang lebih ketat dari .(NT)

Google News Satujuang

Dapatkan update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News