Satujuang- Masa keemasan Islam pada abad ke-8 dan ke-11 Masehi, di bawah Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, menyaksikan kemunculan banyak ilmuwan dan filsuf terkemuka seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, dan Al-Khawarizmi.
Kota-kota di Timur Tengah, termasuk Baghdad sebagai ibu kota kekhalifahan Abbasiyah, berkembang menjadi pusat-pusat pengetahuan yang bergengsi.
Namun, kejayaan itu berakhir tragis dengan keruntuhan Abbasiyah dan penghancuran Perpustakaan Baghdad pada tahun 1257 oleh serangan Bangsa Mongol.
Perpustakaan tersebut, juga dikenal sebagai House of Wisdom (Bayt al-Hikma), didirikan pada masa Khalifah Al-Ma'mun yang sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada saat itu, pemimpin Mongol, Hulagu Khan, menyerang Baghdad dan menuntut penyerahan diri dari Khalifah Al-Mustasim.
Namun, setelah penolakan Al-Mustasim, pasukan Mongol menyerbu kota dengan kejam, membunuh warga, merampas harta, dan menghancurkan Perpustakaan Baghdad.
Akibatnya, ribuan karya berharga yang disimpan di perpustakaan itu, termasuk karya-karya klasik Yunani dan India yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dibakar atau dibuang ke Sungai Tigris.
Kejadian ini tidak hanya merusak warisan intelektual dunia Islam tetapi juga menjadi salah satu faktor yang mempercepat kemunduran Dinasti Abbasiyah dan menandai kemunduran dunia Islam di bidang intelektual.(NT/Cnbc)